Sudah banyak hal aku lalui semua ini
tapi semua hasilnya nihil. Tak ada yang pasti semua ketulusan ku dibayar
dengan penghianatan. Sakit memang tapi ini lah yang aku alami setiap
aku merajut kasih. Sudah banyak pria yang mendampingi ku dari aku duduk
di bangku sekolah pertama tapi kandas oleh sebuah penghianatan. Aku
pernah mendapatkan pria yang aku cari dia yang membuat hidup berarti di
tengah penderitaan ku melawan penyakit yang aku derita dia yang memberi
arti kehidupan merasakan indah cinta walau kamu terpaut usia dan berbeda
sekolah itu bukan halangan buat kami.
Walau
terkadang aku sering di jadikan pacar keduanya setelah game online
bahkan kalau aku ngajak main ada saja alasannya tapi aku selalu mengerti
dan di sini lah aku mengenalnya. Awalnya sungkan bagi ku untuk
berkenalan dengan orang awam tapi setelah ku telisik ternyata dia anak
yang asik dan bisa di ajak sharing dari hal-hal yang membuat aku gundah.
“kak, main yuk okta sibuk dengan pacarnya”
“ayo” jawab pesan ku singkat
Setiap aku lagi males aku
mengajaknya untuk tukar fikiran, tapi aku tak sedikit pun menyimpan
perasaan sama dia. Hingga suatu ketika aku putus dari okta secara
sepihak entah apa alasannya itu yang membuat aku sakit karena selama 1
tahun lebih aku hanya di mainkan sampai terfikir kan oleh ku untuk
membalas rasa sakit ini sama pria lain benar saja belum genap aku putus
dengan okta 24 jam aku sudah memiliki pacar kembali tapi tak bertahan
lama aku hanya ingin melampiaskan kekecewaan ku.
Hingga
aku dikenal kan sama ketua tim basket SMA ku. Awalnya aku hanya ingin
memainkan perasaannya saja tapi entah kenapa aku merasa nyaman sama dia
mungkin karena sifatnya berbeda dengan okta walau dia keras kepala aku
bisa untuk mengalah.
“beb, besok aku tanding kamu nonton iya” BBM dari orda
“iya beb besok aku nonton tapi aku ngajak seseorang iya” balasku dan tak di jawabnya
Begini
lah kalau yang dulu aku dilupakan karena game terus yang kali ini aku
juga dilupakan karena bermain basket kalau ditanya pasti selalu
jawabannya“ngerti lah beibh, aku kan ketua tim ini jadi kalau nggak ada
aku jadi kacau permainannya”. “hah sama saja” itu lah yang selalu keluar
dari bibir manis ini.
Sampai ketika aku masuk rumah
sakit, tapi apa yang berada di samping ku bukan lah orda pria yang ku
sayang melain kan dia si penjaga warnet, aku tertegun bukan saja asik
ternyata dia baik, itu lah yang terfikirkan oleh ku.
“beb, maaf aku nggak bisa jenguk kamu kemarin aku ada pertandingan penting” ucap orda
“penting
kan saja permainan mu tak usah kau fikirkan aku, sudah lah kau sama
okta sama saja, pria sama saja hanya bisa memainkan perasaan wanita.”
Jawab ku yang kesal
“sudah lah
tak usah di ributkan jangan karena hal seperti ini kalian ribut, toh
orda sudah dateng kesini seharusnya kamu senang di jenguk sama pria yang
kamu sayang” jawaban si dia untuk meleraikan kami berdua
Hingga saat aku menjalani
operasi orda menemaniku bahkan dia ada pertandingan final dia tak ikut
dalam timnya mungkin karena tersentak akan perkataan si dia. Aku
berterima kasih sama si dia tapi sebelum aku berterima kasih sama dia
akan tetapi ternyata dia sudah pergi meninggalkan kota ini entah kemana
seakan lenyap bak di telan bumi tanpa kabar. Hingga aku putus sama orda
dan lagi-lagi aku diputusin secara sepihak tanpa alasan yang jelas
membuat aku teringat sama dia, andai dia di sini sekarang aku akan
berterima kasih sama dia karena aku tak kan lagi depresi karena pria dan
aku selalu mengingat kata-katanya
“dek, sebenarnya kalau kamu
depresi akibat pria itu adalah kesalahan terbesar kamu karena masih
banyak pria di dunia ini akan menerima mu apa adanya, jadi jangan lah
kau takut akan putus cinta, karena itu yang di benci sama yang maha
kuasa bahkan kalau kau selalu depresi akibat hal yang sama kau akan
selalu di ujinya karena kau yang membuatnya dan kau yang harus tanggung
akibatnya, maka ingatlah kau masih ada aku di sini yang selalu
menemanimu di saat pelik masalah yang membelitmu, jadi lampiaskan lah
semuanya sama aku jangan kau bersedih dan meratapinya berbagi lah akan
kekesalanmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar