Senin, 20 Februari 2012

Ketika Takdir Memisahkan Cinta


Rasanya sudah terlepas semua beban yang dirasakan Aurel, siswi kelas XII SMU Harapan Bangsa ini telah menyelesaikan Ujian Akhir Sekolah nya, kini ia hanya tinggal menunggu saat-saat yang paling dinanti-nantikan yaitu pengumuman hasil Ujian Akhir Nasional (UAN).

Bel rumah Aurel telah memanggil penghuni rumah tersebut untuk segera menyambut seseorang yang telah menunggu di depan pintu rumah itu. Tak lama kemudian Aurel pun keluar. Setelah ia membuka pintu, seseorang yang telah ia nantikan sudah berdiri di depan pintu pagarnya dengan segala pesona cintanya.

“Itu buku apa?” Dava menanyakan tentang sebuah buku yang sedang dipegang Aurel.

“Hmm, ini aku lagi coba-coba bikin puisi,” kata Aurel. “Kamu bisa bikin puisi?” lanjut Aurel.

Dava hanya tersenyum mendengar kata-kata Aurel. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Aurel segera menyerahkan selembar kertas dan pena kepada Dava. Dava segera menuliskan kata-kata yang terangkai dengan indah.
Setelah selesai menulis Dava segera menyerahkan kertas tersebut kepada Aurel dan meminta untuk membacakannya. Di bawah cahaya bulan purnama yang diselimuti langit malam dan berhiaskan gemerlap sang bintang Aurel membacanya perlahan-lahan.

Jika di dunia ini, ada banyak orang yang sayang sama kamu
Aku pasti salah satunya…
Jika di dunia ini, hanya ada satu orang yang sayang sama kamu
Orang itu pasti aku…
jika di dunia ini, Tidak ada orang yang sayang sama kamu
Itu berarti, aku telah tiada…


Aurel terdiam sesaat setelah membaca tulisan dari Dava, ia merasakan kata-kata tersebut masuk ke dalam relung hatinya yang paling dalam dan sepertinya sudah tidak bisa keluar lagi.
“Dava, kayaknya waktu kita untuk bersama udah gak lama lagi deh,” kata Aurel dengan nada yang sedih.
“Kenapa?”
“Rencananya aku mau melanjutkan kuliah aku di Australia dan itu berarti kita harus berpisah.”
“Walaupun hal itu harus terjadi, hubungan kita ini gak boleh berakhir, cinta ini gak akan bisa dipisahkan apapun kecuali kematian, aku percaya kamu Aurel.”
Kemudian Dava memainkan sebuah lagu yang diciptakannya sendiri khusus buat Aurel. Lagu itu mengalun dengan lembut, syairnya yang begitu indah, diiringi melodi gitar yang menusuk kalbu yang senantiasa menenggelamkan kegelapan malam. Lagu itu sepertinya menjadi sebuah tanda perpisahan bagi mereka.
************
“Aurel, ayo cepat nanti kamu ketinggalan pesawat,” teriak mamanya dari lantai bawah rumahnya. Aurel masih terdiam di kamarnya menunggu kehadiran Dava. Ia begitu resah karena Dava tak kunjung datang padahal ini hari terakhirnya di Indonesia. Sampai tiba saatnya Aurel pergi meninggalkan rumahnya, Dava tak juga datang. Air matanya pun tak lagi bisa terbendung.
Ternyata Dava sudah ada di bandara sebelum kedatangan Aurel. Di tangannya terlihat sebuah gitar lengkap dengan tasnya.
“Aurel, gitar ini aku berikan buat kamu sebagai kenang-kenangan dariku dan sebagai pengganti diriku jika kamu merindukan aku, dan aku mohon saat kamu kembali ke sini lagi kamu harus bisa memainkannya dan kamu harus bisa memainkan lagu yang waktu itu aku ciptakan buat kamu.” Dava menggenggam erat kedua tangan Auerel. Air mata jatuh membasahi pipi keduanya.
“Dava, aku janji aku pasti bisa melakukan itu semua. Sekarang aku minta berikan aku senyuman indahmu  seperti kamu tak akan pernah membiarkanku pergi, saat kukembali nanti aku akan menyanyikan lagu itu dengan gitar ini, aku janji.”
Dengan berat hati Aurel segera meninggalkan Dava menuju pesawatnya. Air mata tak henti-hentinya membanjiri wajah mereka.
***
Di Australia Aurel bertemu dengan Dimas, kebetulan ia adalah teman satu universitas Aurel yang kebetulan juga berasal dari Indonesia. Dimas dikenal sebagai seorang yang pandai memainkan gitar, hal itu tentu tidak disia-siakan Aurel untuk belajar gitar dengannya. Setiap harinya ia selalu menyempatkan diri untuk berlatih gitar dengan Dimas setelah jam kuliah selesai. Dimas sendiri juga tidak pernah merasa bosan saat mengajari Aurel bermain gitar.
Selama ini Aurel dan Dava masih suka berhubungan lewat e-mail dan terkadang Aurel menelpon Dava yang berada di Jakarta untuk sekedar menanyakan kabar dan bagaimana kuliahnya. Suatu sore ia datang ke apartement Dimas dengan sebuah gitar di tangannya.
“Kamu sudah mulai mahir main gitarnya,” seru Dimas. “Kenapa sih, kayaknya kamu ingin sekali bisa bermain gitar, kamu suka banget ya sama musik?” lanjut Dimas, sambil memberikan minuman buat Aurel.
“Sebenarnya aku kurang suka sama gitar, tapi ada sesuatu yang memaksaku agar aku bisa melakukan ini semua,” jelas Aurel.
“Apa itu?”
“Ah sudahlah, sekarang kita lanjutkan saja dulu. Setelah aku lancar memainkan lagu ini baru aku ceritakan semuanya sama kamu.”
Setelah sekian lama berlatih akhirnya Aurel bisa menguasai alat musik petik yang diberikan oleh kekasihnya itu. Ia juga sudah bisa memainkan lagu yang diberikan Dava untuknya.
“Sekarang kamu sudah bisa memainkan lagu itu. Kamu pernah janji sama aku kalau kamu sudah bisa memainkan lagu itu, kamu akan menceritakan padaku tentang apa yang terjadi dengan kamu di balik ini semua,” kata Dimas.

“Baiklah aku akan menceritakan ini semua sama kamu. Lagu ini diberikan dan diciptakan khusus untukku oleh orang yang sangat aku sayangi. Sebelum kepergianku ke sini, ia memberikan aku sebuah gitar dan selembar teks lagu lengkap dengan susunan nada-nada nya. Ia memintaku untuk bisa memainkan lagu ini dengan gitar yang ia berikan. Sebentar lagi aku akan menemuinya karena aku belajar di sini hanya sampai bulan depan.”
***
Setelah dua tahun kuliah di Australia, kini tiba saatnya bagi Aurel untuk kembali ke Indonesia. Ia sudah lama menantikan saat-saat kepulangannya ini. Ia sengaja tidak memberitahukan Dava tentang kepulangannya dari Australia karena ia ingin memberikan sebuah kejutan untuk Dava.
Sebelum ke bandara ia terlebih dahulu datang ke apartement Dimas untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya, karena Dimaslah ia bisa main gitar dan bisa memenuhi janjinya terhadap Dava. Dimas juga bersedia mengantarka Aurel ke bandara.
“Good bye. Never try to forget me!” Itulah salam perpisahan dari Dimas.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, Aurel akhirnya sampai di bandara. Di sana ia dijemput kedua orang tuanya. Aurel tampak begitu lelah, oleh karena itu mereka segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Aurel segera menghempaskan tubuhnya ke kasur yang telah lama ia rindukan.
“Aku akan segera manemuimu,” kata Aurel dalam hati sesaat setelah ia melihat gitar pemberian Dava yang sedang bersandar di dinding kamrnya. Gitar itu seakan tersenyum melihat Aurel.

Keesokan harinya Aurel pergi untuk menemui Dava. Ia pergi ke tempat di mana Dava biasa bermain band, tak lupa ia membawa gitar pemberian Dava. Ia ingin memberikan sebuah kejutan buat Dava. Namun studio yang biasanya ramai dikunjungi teman-teman Dava sore ini tampak sepi tak seperti biasanya. Dava sendiri juga tak terlihat batang hidungnya. Aurel tampak kecewa dengan hal itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah nya.
Aurel kini mencoba untuk langsung menemui Dava di rumahnya. Ia menyanyikan lagu yang diciptakan Dava di depan pagar rumah Dava seperti seorang pengamen. Tak lama kemudian seseorang keluar dari rumah tersebut.

“Aurel, kapan kamu sampai di Jakarta?” tanya ibunda Dava sembari mengajak Aurel masuk.

“Hmm, dua hari yang lalu, Tante.” Aurel sedikit kecewa karena bukan Dava yang menyambut kedatangannya.

“Dava ke mana, Tante? Kok dari tadi belum kelihatan?” Aurel tak bisa menyembunyikan kerinduannya terhadap Dava.

Namun ibunda Dava tidak menjawab pertanyaan Aurel. Ia justru terlihat meneteskan air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. Entah apa yang sedang ia pikirkan sehingga ia meneteskan air matanya, lalu ia memeluk Aurel dengan begitu erat.

“A..ada apa, Tante?’ tanya Aurel dengan nada yang terbata-bata karena heran.

“Aurel, dua bulan yang lalu Dava pergi, namun ia pergi tidak seperti kamu yang hanya pergi ke Australia dan hanya untuk sementara, tapi Dava pergi ke lain dunia dan ia juga pergi untuk selama-lamanya.” Air matanya semakin mengalir deras.

“Da…Dava meninggal, Tante?” Bagai tersambar petir di siang bolong Aurel kaget hingga ia nyaris pingsan setelah ibunda Dava mengiyakan pertanyaannya.

“Tante, ceritain Aurel kenapa semua ini bisa terjadi, dan Aurel mohon, Tante tunjukkan di mana Dava dimakamkan, Aurel ingin ke sana sekarang juga!” Betapa sakitnya hati Aurel saat ini, ia seperti orang yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Setibanya di pemakaman ia langsung memeluk makam Dava, sungguh sebuah kesedihan yang mungkin tidak akan pernah bisa disembuhkan.

“Kenapa kamu pergi? Kamu janji akan menunggu aku pulang dan aku sudah memenuhi janjiku untuk bisa memainkan lagu darimu dengan gitar yang juga pemberian darimu, tapi kenapa…… kenapa kamu pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkan aku sendiri, membiarkan aku hancur karena kehilangan kamu.”

“Aurel, cukup, relakan dia pergi! Kita harus pulang sekarang hari sudah semakin sore, Dava akan bahagia di sisi-Nya.” Mereka pun berlalu meninggalkan makam Dava.

Namun sebelum pulang ibunda Dava memberikan Aurel sebuah surat yang ditulis Dava sebelum kepergiannya.
“Ini surat dari Dava, kamu bacanya di rumah saja. Ia berpesan cuma kamu yang boleh membuka surat ini,” jelas ibunda Dava.

Aurel, terima kasih karena kamu sudah menepati janji kamu dan maaf aku nggak bisa nepatin janjiku sama kamu. Aku nggak bisa melawan penyakit yang telah aku derita sejak kecil. Kamu harus mengerti Aurel semua ini bukan keinginanku, semua ini kehendak Tuhan. Aku nggak bisa berbuat apa-apa karena aku yakin ini yang terbaik darinya untuk aku juga utuk kamu.
Kamu harus merelakan kepergianku. Aurel, nyanyikanlah lagu itu ketika kamu merindukan aku, percayalah aku akan selalu hidup di dalam hatimu.

Begitulah isi surat dari Dava. Tak terbayangkan lagi berapa banyak air mata yang telah dikeluarkan Aurel hingga membasahi lantai kamarnya. Setelah kejadian itu Aurel hanya bisa melewati hari-harinya dengan berdiam diri dengan memegang gitar pemberian Dava.

Jumat, 17 Februari 2012

ASHER BOOK - Try lyrics



If i walk, would you run?
If i stop, would you come?
If i say you're the one, would you believe me?
If i ask you to stay, would you show me the way?
Tell me what to say so you don't leave me.
The world is catching up to you
While you're running away to chase your dream
It's time for us to make a move cause we are asking one another to change
And maybe i'm not ready

Chorus
But I'll try for your love
I can hide up above
I will try for your love
We've been hiding enough

If i sing you a song, would you sing along?
Or wait till i'm gone, oh how we push and pull
If i give you my heart would you just play the part
Or tell me it's the start of something beautiful.
Am i catching up to you?
While your running away to chase your dreams
It's time for us to face the truth cause we are coming to each other to change
And maybe i'm not ready

Chorus
But I'll try for your love
I can hide up above
I will try for your love
We've been hiding enough

I will try for your love
I can hide up above

2x huh huhhhhhhhhhhhhhhhhh huh huhhh

If i walk would you run
If i stop would you come
If i say you're the one would you believe me

Minggu, 12 Februari 2012

Akhirnya aku tiba juga di sebuah pantai Tanjung gundul, sebuah pantai yang terletak di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Pantai ini amat indah dan amat eksotik, selain banyak terdapat pohon-pohon kelapa yang tinggi, Kuliner laut, dan berbagai macam hewan pantai lainnya.
Ya, Hari ini aku ingin melakukan refreshing. Agar aku mendapatkan ide-ide yang bagus untuk novelku. Aku tak dapat menemukan ide – ide yang baik ketika aku berada di kota. Sebab suasana di kota amat terasa ribut, dan membuatku amat terasa risih.


Sebenarnya ini adalah kali kedua bagi diriku bermain di pantai ini. Sebelumnya sekitar tiga tahun yang lalu, tepatnya ketika aku duduk di bangku SMP dalam rangka kegiatan kepramukaan.
Jujur, kuakui aku telah berkunjung ke berbagai pantai di seluruh Indonesia, bahkan aku pernah mengunjungi pantai Kuta di bali, Parangtritis di Jogja. Entah kenapa aku malah jatuh cinta akan pantai tanjung gundul ini.

Pantai bagiku adalah suatu tempat yang indah, dimana banyak pohon-pohon kelapa dengan daunnya yang menari di tiup angin. Suara gemuruh ombak menyanyikan simfoni kehidupan, burung-burung diudara yang tak kumengerti bahasanya namun kupahami maksud pembicaraanya. Karena mereka membicarakan alam yang begitu indah. Hal ini tidak pernah kutemui di tempat lain Kota misalnya, atau gunung misalnya. Karena aku tidak begitu suka melakukan penjelajahan gunung. Seperti biasa setiap Aku berada dipantai, aku selalu pesan kamar di sebuah penginapan kecil yang tak jauh berada lokasinya disekitar pantai.


------oooOOOooo-----

Malam harinya, aku berjalan di tepian pantai, karena aku ingin merasakan hembusan angin malam dan suara gemuruh ombak yang seolah-olah memanggil namaku. Mungkin dengan cara inilah aku bisa menemukan ide-ide yang cemerlang untuk karya sastraku.
Ketika aku berjalan di tepian pantai secara tanpa kusadari aku melihat sesosok wanita cantik, wanita itu bermain-main air di tepi laut.

“Ah, siapa itu” begitulah pikirku kala itu
“Mungkinkah dia adalah sosok makhluk halus penunggu pantai ini ?”
Jujur saja, Aku tak begitu percaya dengan cerita-cerita Hoax seperti munculnya kuntilanak, Pocong, dan lain sebagainya yang bisa membunuh manusia, aku hanya percaya bahwa mereka adalah makhluk lain selain manusia, mereka adalah jelmaan dari Jin. Seperti hewan biasa, atau seperti manusia mereka tidak akan membunuh atau menyakiti manusia seandainya mereka tidak disakiti. Atau mungkin saja dia adalah salah satu anggota rombongan mahasiswa yang sedang melakukan perkemahan di pantai tanjung gundul, mengingat selain diriku terdapat sebuah rombongan mahasiswa yang melakukan perkemahan di pantai itu.

Dengan keyakinan seperti itulah aku memberanikan diri untuk mencoba berkenalan dengannya
“Ehm, Mbak maaf ini sudah malam mengapa masih bermain di pantai seperti ini” tanganku mencolek lengannya
Wanita berbaju hijau dan memiliki senyum yang manis itu lantas berkata
“Ah, gak kok, biasalah sedang mencari keong”
“Mencari keong kok malam-malam, gak takut ya dijepit kepiting, takutnya bukan keong yang dapat malah kepiting, boro-boro kepiting kalo dapatnya ikan hiu yang terdampar gimana, bukannya lebih enak kalo mencarinya siang hari”
Wanita itu hanya tersenyum

“Oh ya kenalkan namaku Carles Widyanata, tapi aku lebih sering dipanggil Bobo, karena aku sering baca bobo” candaku
“Namaku Dian” jawabnya singkat

------oooOOOooo-----

Matahari baru saja bangun dari tidurnya, seiring suara bunyi ayam yang berteriak membangunkan jiwa yang terlelap, menandakan hari ini telah pagi.
Sebagian orang mungkin masih terbuai dengan alam mimpinya, sebagian orang mungkin telah tersadar dari mimpi yang bersifat semu. Mungkin aku termasuk pada pilihan kedua. Karena aku baru saja terbangun dari mimpiku.
Seperti biasa setiap aku bangun pagi, aku selalu melakukan senam pagi, Lari-lari kecil disekitar pantai. Ya hal ini bertujuan untuk tubuhku, agar tubuhku menjadi sehat. Sejak kecil aku sering melakukan olahraga.
Aku bertemu dengan Dian lagi, ketika aku melakukan lari pagi, saat itu ia sedang bermain air di tepian pantai.

“Hi” sapaku sambil melambaikan tangan.
Dia hanya tersenyum manis.
Kucoba kembali untuk berbicara dengannya, dan mendekatinya namun aku hanya duduk di tepian pantai tepatnya di atas sebuah perahu nelayan yang tidak digunakan. Lalu aku kasi dia isyarat tangan agar dia dekat denganku. Lalu dia mendekatiku dan duduk di sampingku
“Ehm, teman-temanmu mana, kamu cewek yang semalam itu kan”
“Iya, kamu cowok yang semalam itu kan” sahutnya
“Kamu belum jawab pertanyaanku”

“Pertanyaan yang mana” Jawabanya dengan nada yang sedikit menggoda
“Teman-temanmu, apa kamu gak tersesat”
“Aku tinggal disini kok, tu diatas rumahku, gak jauh kok dari sini”
“Oh Ya” jawabku dengan mengangguk
“Kamu sendiri gimana”
“Aku, tinggal di kota, aku seorang penulis novel, Tau Novel gak”
“Ehm Novel Bukannya abis agustus itu Novel”
Aku hanya tersenyum
“Itu November kaleeee, Kamu udah makan belum, kalo belum yuk kita ke penginapanku”
“Belum, yuk”

Kami kembali kepenginapan, lalu aku pesan dua porsi nasi goreng di temani dua gelas es kelapa muda.
Tiba-tiba sang pelayan bertanya kepadaku
“Maaf mas, pesan dua nasi goreng dua porsi satunya lagi punya siapa mas ?” Tanyanya
“Ehm, buat teman saya”

“Maaf mas, Dari tadi saya tidak melihat siapa selain mas sendiri”
“Aneh” Aku mengerenyitkan dahi, Dian menghilang dari pandanganku,
“Ah, Mungkin dia sedang ke wc” pikirku
“Ehm, gak apa pesan dua porsi aja”
Pelayan lalu pergi berlalu meninggalkanku

Tak Lama kemudian aku melihat Dian pergi mendekatiku, lalu duduk didepanku
“Ehm, habis dari WC ya”
Dian hanya mengangguk
“Ya Ampun” Aku sambil tertawa


------oooOOOooo-----


Tak terasa telah seminggu lamanya aku berada di pantai ini. Dan selama itu pulalah aku mengenalnya, secara tanpa kusadari mungkin aku jatuh cinta dengannya.
Suatu hari aku bertanya kepadanya
“Dian aku udah seminggu lamanya mengenalmu, aku boleh tahu gak rumahmu dimana, letak rumahmu dimana”
“Rumahku diatas bumi dibawah langit” jawabnya

“Dian, aku serius aku ingin mengenal keluargamu, jujur aku sepertinya mencintaimu”
“Maaf, Bo aku tak bisa memberitahumu sekarang, dan janganlah kamu mengenal keluargamu, sebab”
“Sebab apa, kamu dijodohkan” tanyaku
“Iya, seperti itulah” Kelihatannya dia amat sedih
“Dian, takkan ada yang mampu menandingi kekuatan cinta yang telah aku berikan kepadamu, pernahkah kamu lihat Ombak menerjang batu karang yang besar, sebesar itulah cintaku kepadamu”
“Bukan seperti itu Bo” jawabnya singkat
  Lalu dia berlalu meninggalkanku
“Ya Tuhan, apa salah ucapanku tadi” kataku dalam hati


------oooOOOooo-----


Sejak saat itulah sepertinya aku tak lagi melihatnya. Hatiku terasa sakit mengenang segala kenangan indahku dengannya. Setiap hari aku hanya duduk di pinggiran pantai. Seperti orang yang kelihatan bodoh.
Hingga pada suatu hari ketika aku duduk di pinggiran pantai, datanglah seorang orang yang telah tua. Dan entah darimana datangnya dia datang kepadaku
“Anak muda” katanya sambil menepuk bahuku
“Maaf, Bapak siapa” tanyaku
 
“Saya adalah dukun di pantai ini kenalkan nama saya Paijo”
“Lantas hubungan dengan saya apa pak” tanyaku
“Anak muda, saya tahu kamu mencintai kuntilanak”
“Orang Tua Gila, Kau pikir aku sudah gila apa mencintai makhluk halus seperti itu” pikirku
“Saya tahu kamu hendak mengatakan saya gila”
“Hebat benar” begitu pikirku
“Saya tidak begitu hebat, saya hanyalah manusia biasa”
“Siapa dukun ini mengapa dia tahu apa yang hendak aku bicarakan” kataku dalam hati
“Sudah saya bilang saya hanyalah seorang dukun”
“Lantas, maksud bapak apa” Tanyaku

“Anak muda, wanita yang kamu cintai itu adalah Kuntilanak, Dian itu bukan manusia, kamu pernah menanyakan keluarganya bukan, hal itu membuat dia sedih. Dia sebenarnya mencintai kamu, dan dia ingin memiliki teman manusia, namun hal itu tidak mungkin”
Aku hanya mengangguk, sedih hatiku mendengarnya

“Sekarang kalau kamu ingin menangis, menangislah sepuas hatimu, sebab mungkin setelah ini kamu takkan lagi menemuinya”
Tak terasa air mataku keluar dari pelupuk kelopak mataku
“Tiga tahun yang lalu, di pantai ini terdapat mayat wanita yang tewas karena di perkosa oleh pacarnya. Wanita itu bernama Dian, Lima hari setelah kematiannya dian bangkit dan menjadi kuntilanak, lantas dia membunuh pacarnya dengan cara menakutinya, namun dia tak tahu cara pulang ke alam kubur, meskipun tulangnya telah di kuburkan dengan tenang”
Aku mendengarkan dengan seksama

“Mengapa bisa begitu pak” tanyaku sambil menyeka air mata
“Karena dia tengah dalam keadaan hamil, dalam bahasa kami disebut dengan Puntianak atau Buntinganak. Itulah istilah kuntilanak pertama kali diucapkan, dan arwahnya takkan pernah tenang”
“Apakah dia bisa kembali menjadi manusia” Tanyaku
“Bisa, tapi apakah kau mencintainya dengan tulus”
“Iya”

“Sebab dia telah dijodohkan dengan Gromo sesosok Genderuwo penunggu pantai ini. Dia tidak mencintai Gromo, Namun Gromo amat mencintainya, Gromo itu adalah makhluk jahat dan buas, Aku sarankan kamu anak muda berhati-hatilah dengan Gromo selama kamu di hutan ini.”

------oooOOOooo-----

Bagaimana kelanjutan hubungan Dian dan Bobo, Berhasilkah sosok kuntilanak mencintai manusia ? Lalu apakah Bobo memilih untuk mencintai manusia, dan tetap setia kepada Dian ? Bagaimana perasaan Dian ketika Bobo mengetahui siapa jati dirinya ?

Boneka Kenangan




      Adi hanya bisa diam melihat sebuah boneka yang saat ini ada dihadapannya. Yah, boneka itu adalah milik Dila kekasihnya yang telah tiada, Boneka kesayangannya disaat dia masih ada di dunia. Dan Dila menitipkan boneka itu kepada Adi, sebagai saksi bisu tentang perjalanan hidup dan cinta mereka.
****
            Adila, itulah sebutan teman-temannya yang diambil dari gabungan nama Adi dan Dila. Pasangan yang begitu serasi hingga membuat orang-orang disekitarnya menjadi iri apabila mereka melihat kedekatan Adi dan Dila. Bisa dibilang Adila adalah salah satu dari beberapa nominasi pasangan terserasi di sekolah ini.
            Dila cewek cantik, pinter, dan baik hati ini adalah kekasih tersayang dari Adi cowok keren, pinter dan baik hati pula. Banyak yang mendukung hubungan mereka, bahkan para guru yang mengenal merekapun ikut senang dan begitu mensuport hubungan ini.
            Pasangan yang saling mengerti dan memahami satu sama lain, dan tak pernah sekalipun mereka terlihat rebut atau saling bertengkar didepan sekalipun dibelakang teman-temannya.
****
            “Dila, sepertinya nanti Adi gag bisa nganterin pulang sekolah. Soalnya Adi selesai ini ada acara sama teman-teman Adi. Maaf  ya Dila…!” kata Adi disuatu hari. “oh, gapapa kok di. Nanti biar Dila pulang sendirian aja gag papa kog. Adi tenang aja .” Jawab Dila dengan tenang.

Jawab Dila dengan mengembangkan senyuman ketulusannya. “tapi sebenarnya Adi itu, berat banget buat biarin Dila pulang sendirian, tapi ya gimana lagi. Sekali lagi Dila mengembangankan senyumannya, hingga membuat Adi yakin untuk merelakan kekasihnya itu pulang sendirian.

Dan akhirnya untuk kesekian kalinya Dila pulang dari sekolah sendirian karena sang kekasih tak dapat mengantarnya pulang, tetapi tak jauh dia berjalan Dila bertemu dengan Isma, teman sekelasnya. “sendirian Dil…?” Tanya temannya “iya nih, Adi gag bisa nganter.” “kenapa..?” “ea, katanya sih lagi ada acara sama teman-temannya.” “ea udah, bareng aku aja Dil, kebetulan aku lagi bawa motor nech.” Ajak temannya itu. “mmm, memangnya aku gag ngerepotin nih..?” “halah, gag papa kog Dil. Daripada kamu pulang sendirian, mending pulang bareng aku aja. Dan Dilapun akhirnya pulang bersama Isma dengan mengendarai motor Isma, karena Isma hanya membawa helm 1, terpaksa Dila tak memakai helm meski dia dibonceng Isma. Pada awal perjalanan semuanya baik-baik saja, dan tak ada sedikitpun halangan. 

Tetapi tak disangka-sangka ditengah perjalanan Dila dan temannya itu mengalami kecelakaan yang dikarenakan motor Isma yang tiba-tiba oleng dan menabrak mobil yang ada didepannya, dan “bbrruuakk…” mereka berdua jatuh kekiri sehingga kepala Dila terbentur trotoar di pinggir jalan. Saat itu keadaan Isma baik-baik saja, tapi nasib naas menimpa Dila. Kepalanya bocor dan mengeluarkan begitu banyak darah, hingga Dilapun tak sadarkan diri. Dan pada saat itu pula para warga sekitar langsung membawanya kerumah sakit terdekat dari tempat kejadian kecelakaan itu. Seandainya saat itu Dila memakai helm, mungkin dia hanya mengalami beberapa cedera ditubuhnya.
****
            Mendengar berita kecelakaan yang telah dialami Dila, seketika itu Adi langsung meluncur kerumah sakit tempat Dila dirawat. Dengan penuh kekhawatiran, bagaimana tidak..? kekasih yang begitu dicintainya, sekarang sedang terbaring lemah di ruang UGD. Isma, yang saat itu keadaannya baik-baik saja hanya bisa diam menyesali atas apa yang telah terjadi terhadap Dila. “Di, mafin aku ya..!, harusnya aku tadi lebih hati-hati ngendarain motornya.” kata Isma dengan penuh penyesalan “ya sudahlah, toh semuanya juga sudah terjadi Is, do`akan saja ya, semoga Dila keadaannya baik-baik saja, dan itu akan membuatku begitu terima kasih sama kamu Is.” “ia Di, pasti. Pasti aku bakal do`ain Dila biar cepet sembuh” “makasih ya Isma” Isma hanya bisa tersenyum getar, karena masih tersirat rasa bersalah didalam hatinya.

            Akhirnya Dila siuman, tetapi dia begitu merasakan sakit yang luar biasa dikepalanya. Hingga dia tak bisa menahan rasa sakit itu. Usut punya usut, ternyata kata dokter terdapat pembekuan darah dikepalanya. “kenapa ini semua terjadi padaku…?” sambat Dila dengan tangis yang tertahan “yang sabar Dila, Adi janji bakal tetep ada disamping kamu terus kok Dil..!  meski berusaha tegar didepan Dila, tetapi jauh didalam hati Adi dia merasa sangat bersedih melihat keadaan kekasih yang sangat dia cintai menderita karena menahan sakit yang selalu berusaha untuk ditahan. “Dila sabar, insya Allah semuanya akan baik-baik saja, dan pembekuan darah yang ada dikepala Dila secepatnya akan diatasi sama dokter. Tapi yang penting  sekarang tenangkan pikiran Dila,” Dilapun akhirnya menuruti permintaan Adi, dan berusaha untuk memejamkan matanya meski masih terasa sulit karena rasa sakit itu masih dia rasakan sampai saat ini.
            Sejak kecelakaan itu, Dila sudah mulai membiasakan diri untuk berteman dengan rasa sakit yang ada dikepalanya itu. Bahkan dia selalu membawa persediaan obat peredam rasa sakitnya dimanapun dia berada, karena rasa sakit itu selalu datang secara tiba-tiba hingga Dilapun tak bisa meramalkan kapan dia akan merasakan rasa sakit yang sangat itu. Seperti pada saat dia sedang menhadiri pesta ulangtahun temannya bersama Adi.

Udah ya aku mau nyamperin Adi dulu..! bye Risma…!”  balas Risma dengan senyumnya yang menggoda Dila. Dilapun akhirnya pergi meninggalkan Risma dan berniat untuk segera menyusul kekasihnya, tapi ditengah perjalanan rasa sakit itu muncul kembali dan “gubrak…!” seketika itu Dila pingsan dan tercebur di kolam renang yang ada persis disebelahnya. Sontak Adi yang melihat kejadian itu langsung berlari, menceburkan dirinya kedalam kolam untuk menolong kekasihnya itu dan langsung membawanya kerumah sakit. Dan begitu selanjutnya, sejak saat itu dimanapun Dila berada disitulah ada Adi yang selalu mendampingi. Karena Adi takut hal-hal buruk selanjutnya akan terjadi kembali pada diri Dila.

            10 Oktober 2010, ketika itu Dila baru menginjak usia 17 tahun. Ya, hari itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi Dila tak pernah ada sedikitpun niat untuk merayakan hari ulang tahunnya itu, karna dia tahu pasti hanya kehancuran pesta yang akan terjadi kalau tiba-tiba rasa sakit dikepalanya itu muncul. Untuk itu Dila tak ingin ada pesta ulang tahun untuknya. Tapi berbeda dengan Adi, sejak pagi dia sudah mempersiapkan segala hal untuk merayakan ulang tahun meski kecil-kecilan untuk Dila.
 Adi merayakan hari ulang tahun itu secara kecil-kecilan. Dia menyewa rumah makan yang tepat disebelahnya terdapat danau yang tak terlalu besar, tapi cukup untuk dibilang “so sweet”. Karena disekelilingnya terdapat lilin-lilin kecil yang mengapung ditengah danau tersebut dan membentuk tulisan “I Love Dila, HBD sayang” cara sederhana tetapi begitu terhihat indah dan mengesankan apabila dilihat dari lantai 2 rumah makan tersebut. “maaf ya Dila, Adi hanya bisa ngasih ini buat Dila. Tapi harus Dila tau, kalau Adi akan terus dan selalu mendampingi Dila sampai waktu berhenti dan takdir yang memisahkan kita berdua” ucapan Adi yang muncul dari dalam lubuk hartinya itu membuat Dila tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab kata-kata Adi, hanya tangis bahagia yang menetes di pipi meronanya. 

“bagi Dila, ini lebih dari cukup Di. Makasih ya Adi.” Dengan mengembangkan senyumannya. “oya Adi punya sesuatu nih buat Dila” “apalagi sih di..?” dan Adipun mengeluarkan kotak kado yang dia simpan dibawahnya “coba buka deh..!” “ini apa sih di..?” “udah, buka aja..!” Dilapun membuka kado itu, dilihatnya sebuah boneka minnie mouse kesukaannya, dan pada bagian lehernya boneka tersebut terdapat kalung yang bertuliskan “ADILA”. “Adi, ini buat Dila…?” Tanya Dila sedikit tak percaya, dan Adi hanya menganggukkan kepalanya. Tak bisa diceritakan betapa senang dan bahagianya hati Dila saat itu, betapa beruntungnya dia saat itu memiliki kekasih seperti Adi. Sejak saat itulah boneka Minnie mouse pemberian Adi menjadi boneka yang sangat dia sayangi. Disaat santai, tidur, bahkan disaat dia dirawat dirumah sakitpun boneka itu yang selalu dibawanya.
            Sudah 1 tahun 3 bulan Dila menderita dan selalu menahan rasa sakit itu. Ternyata setelah diperiksakan kambali, pembekuan darah dikepalanya telah menghilang, tetapi terdapat penyumbatan darah di sel otaknya. Hingga kini Dila menjadi semakin lemah karena dikalahkan oleh penyakitnya. “aku capek Di, aku capek untuk melalui ini semua Di.”
Air matapun perlahan tapi pasti terus membasahi pipi Dila, “Adi tau La, ini semua memang gak gampang buat dijalani. Tapi Adi yakin Dila akan tetap bisa bertahan untuk semuanya.”

            Hari ini adalah hari terpenting untuk Adi dan Dila. Pasalnya hari ini adalah hari dimana Adi mengikat hubungan Dila, mereka melangsungkan acara pertunangan. Pesta pertunangannya bisa dibilang mewah, karena Adi adalah anak tunggal dari salah satu pengusaha sukses dikotanya. Tak ada yang tak bahagia dihari itu, tak ada yang menampakkan wajah muram di pesta itu. Semuanya, bahkan para pelayan disanapun juga bisa menikmati keadaan disana. Adi berpenampilan bak seorang pangeran yang gagah, sedang permaisuri cantik itu adalah Dila. Begitu serasinya mereka, hingga semua mata hanya tertuju kepadanya. Dan acara intipun dimulai. “saudara-saudara yang berbahagia, malam ini kita semua akan melihat bersama-sama atas ikatan pertunangan sepasang kekasih Adi dan Dila. 

Langsung saja marilah kita saksikan acara penyematan cincin pertungannya, baiklah saudara Adi silakan anda menyematkan cincin cantik itu untuk saudari tercinta Dila…!” perintah sang pemandu acara, dan disaat itu pula Adi menyematkan cincin cantik itu kejari manis Dila dan mencium keningnya. “sekarang untuk anda saudari Dila, silakan anda menyematkan cincin ini untuk saudara Adi tercinta…!” 
dengan senang hati Dila mengambil cincin dari tempatnya dan ingin menyematkannya kejari Adi, tetapi lagi-lagi Dila merasakan sakit yang luar biasa itu muncul kembali, dan “gubrak” Dila tak dapat menahannya lagi sampai akhirnya dia langsung jaatuh pingsan. Dengan segera Adi membopong Dila dan membawanya kerumah sakit. Disana didalam ruang UGD itu, Dila mengalami fase kritis. Dila meminta dokter memanggil Adi datang dan menemaninya. “sayang, boleh aku minta sesuatu dari kamu..!” kata Dila dengan nada melemas “apa Dila…?
 
“Di, mungkin ini adalah akhir dari perjuangan Dila.”  “Adi, sekarang Adi silakan lanjutkan kehidupan Adi sendiri. Dila hanya ingin satu hal dari Adi, tolong ambil dan simpan baik-baik boneka Minnie mouse yang sudah Adi berikan untuk Dila. Tolong, simpan dan jaga baik-baik boneka itu ya di. Karna Dila hanya ingin untuk Adi bisa tetap mengenang Dila meski Dila sudah tak ada di dunia ini. dan ttuuuuuuuuuttt…. Dila menghembuskan nafas terakhirnya disamping Adi. Adi, dia hanya bisa menangis dan berusaha untuk bangun dari mimpi buruk kehilangan kekasih tercintanya, tapi sayang semua yang terjadi bukanlah mimpi, tapi memang sebuah kenyataan hidupnya.
****
            Sejak saat itu Adi selalu merawat dan menjaga boneka itu dengan baik, karena hanya itu yang bisa mengobati rasa rindunya kepada Dila sang kekasih tercintanya..

Dia Bukan Untukku


Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMA bersama teman-teman SMP ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. “Gadis…,” begitu teman-teman memanggilku. “teman-teman,” kataku menghampiri mereka. “kamu gugus mana?” tanya Vhe, temanku. “ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. “ya udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. “Gadis, sini deh,” kata Ze memanggilku. “ada namaku?” tanyaku penasaran. “ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian,” kata Ze membaca nama kita bertiga. “wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Ze. “ya udah kita masuk yuk,” ajak Vhe.



Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.

Sampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.

Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.

MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.


***


Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. “Dia kan,” gumamku dalam hati. “halo?Kenapa melongo gitu Dis?” tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. “emm,” aku tersentak olehnya. “kenapa?” tanya Gea penasaran. “oh, ga… gak pa… papa,” kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. “Gadis…,” sapa Ze dan Vhe. “ehh kalian,” kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. “ini Gea,” kataku memperkenalkan. “aku Vhe,” kata Vhe memperkenalkan dirinya. “aku Ze,” kata Ze juga memperkenalkan dirinya. “so beautiful,” kata Vhe memuji kecantikan Gea. “thank you very much,” kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.


Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas X 3 Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia…… Dia…… “Dis, kenapa melongo?” gertak Ze. “eemm, eh, eng… enggak papa,” kataku gugup. “kenapa sih?” tanya Gea. “iya, pelit banget gak mau ngasih tau,” tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. “oo, itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gea menggentakkan jantungku. “siapa, mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu. “itu tuh,” kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. “apaan?”. “sok gak tau nih,” gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. “siapa emangnya?” tanya Vhe dan Ze bersamaan. “Arezaldhi,” kata Gea. “kamu suka ya Dis?” tanya Ze ingin tau. “sok tau kamu Ge,” kataku. “uhuui, jatoh ci’inta agi,” ledek Ze. “apaan sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.


Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku… hehehe. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. “grogi aku Ge,” kataku sambil gemeteran. “enjoy saja Dis,” kata Gea memberiku semangat. “aku bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin. “nanti ada Reza kan yang ngeliat?” ejek Gea. “jadi nama panggilanya Reza,” kataku sedikit tersenyum. “iya.” Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.


Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas XII lalu dilanjutkan kelas XI lalu menuju kelas X. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas X3 yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????


Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dansa, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.


Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. “Gadis,” sapa Ze. “Eh, Ze. Yang lain kemana?” kataku balik tanya. “tuh,” kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. “Gadis, Ze. Mau kemana?” tanya Gea. “bentar aja,” teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. “apa kamu bener suka Reza?” tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. “iya,” kataku lirih.

“aku punya informasi tentang si Reza itu,” ungkap Ze. “info apa?” tanyaku kebingungan. “dia sudah mempunyai pacar,” kata Ze berbisik kepadaku. “kamu tau dari siapa?” tanyaku sedih. “kamu tau Viona Adelima kan?” kata Ze menguatkan. “ya.” “dialah pacarnya,” kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. “kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. “kenapa dia?” tanya Vhe dan Gea. “kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. “sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta?” hibur Gea. “iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza,” ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.

Rasa Yang Terpendam

Kreek … ku buka pintu kelas. Ya , lagi-lagi aku orang pertama yang datang dan masuk ke kelas . ku lihat koridor hanya ada beberapa orang yang lalu lalang disana , sementara jam sudah menunjukkan pukul 07.15 .


“ah , sunyi sekali sekolah ini” batinku dalam hati.

Tak lama kemudian teman-teman sekelas ku mulai berdatangan . saat aku melihat ke pintu , orang yang selama ini berperan penting dalam hidup aku sudah datang . jelaas , dia sahabat aku .melihatnya datang dengan spontanpun aku melontarkan senyum padanya .

“aku mau ceritaaaa” teriakku dengan semangat padanya

“iya , ceritalah” dengan senangpun dia langsung duduku disampingku.

Ya , selama 2 tahun kami selalu berbagi cerita .tanpa kata bosan setiap pagi kami selalu berdua berbagi cerita .

“tadi malam aku BBM sama dika ky . dia janji katanya liburan kesini” cerita dengan senang .

“iya ? baguslah .tapi jangan terlalu berharap” sarannya yang sedikit kurang percaya dengan ceritaku

Dika , mantan aku yang jauuh disana. Ya, dekatlah dengan kampong sahabat aku ni .haha.terkadang ada kata cemburu yang dia ucapkan saat aku selalu bercerita tentang Dika. Menurut aku sih wajar laah ya cemburu sama sahabat .

Saat istirahat aku melihat dia sedang sama Putri . ngeliatnya aja aku udah panas . ya ampuun , nyebelin banget tuh anak .

“ko dekat-dekat dengan dia , aku cemburu !” ucapku kesal

“haha , kan cuma kawan.ciee , cemburu ya Yuni” jawabnya dengan penuh candaan.

Kata cemburu antara kami itu udah sering dan biasa . selagi hanya cemburu dengan sahabat gapapa dong ya .
“ky ,… Dika” ucapku sedih

“kenapa?” tanyanya dengan serius

“dia balikan dengan mantannya , terus dia bilang gak janji mau kesini” ceritaku dengan sangaat kecewa

“haha , kan udah aku bilang jangan berharap , yang jauh tu jangan diharapin .yang dekat kan masih banyak” jawabnya

“tapii kan dia udah janji , harus tepatin dong” ucapku sedikit emosi

“itulah janji cowok gak ada yang bener .haha , desember kelabu” ucapnya yang sedikit meledekku .
 
“alaaah , ko juga nanti ngerasain februari kelabu .huuu” kembali ku meledek tentang mantannya

“ah , kau ni” ucapnya sedikit kesel .

Selama 2 tahun ini , kami tak pernah kelai , kami selalu berbagi cerita , tertawa , bercanda , menangis , belajar , nyontek , kerjasama , curang dalam hal nilai bersama-sama .

Dan saat kami kelas 3 , kami satu kelas lagi . Allah memang baik ya , gak mau pisahin kami .haha.

Tapii hal yang aku benci akhir-akhir ini adalah sifatnya yang jauh berbeda dengan dia yang dulu ku kenal .jadi sering ngambek tanpa sebab , sensitive , dan suka ngebentak .

Aku paling benci di bentak , apalagi kalau balas sms dengan tanda seru . pernah waktu itu disekolah dia bentak aku , aku spontan nangis depan dia .

Waktu lagi pelajaran b.indonesia , aku ngoreksi LKS dia , dia ngoreksi LKS aku . kami selalu bertukar dari duluu .saat ngoresi tiba-tiba dia ngomong.

“aku sebenarnya gak mau negur ko” ucapnya dari jauh dengan muka yang menyeramkan

“kenapa?” tanyaku sedikit bingung .

“perasaan aku gak ada bikin salah” batinku dalam hati

“pokonya aku malas.” Jawabnya singkat .

Kepalaku serasa lagi di panggang , panaas kali rasanya , mungkin udah keluar tanduk waktu itu .
3 haripun kami lalui dengan diam-diaman seperti tidak kenal . tapi selama jam pelajaran , dia selalu melihat kearah aku , tapi pas aku liat balik dia malah malingkan muka .iih . nyebeliin banget.
Selama ngambekan itu aku deket sama eka , aku cerita sama dia tentang masalah ini . dia pun melihat dengan sangat panas , sengaja deh aku makin deket sama eka biar dia tambah cemburu .

Minggu pagi aku bangun , berharap deh ada sms dari dia , eh ternyata gak ada.ya udah deh aku siap-siap aja ke acara motivasi dari sekolah , aku kebagian yang pagi .pas nyampe disana , ternyata dia juga yang pagi . ya ampuuun , malees bget harus jumpa dia lagi .duduknya sederet lagi. Sesekali dia melihat kearah aku , pas ak ngeliat dia juga ngeliat .

Pas sorenya aku bangun tidur ada sms dari dia .langsung aja aku tanyakin.

“kenapa ko diamkan aku gitu?” tanyaku sedikit emosi

“maaf ya , aku gondok gak jelas kemaren. Maaf” jawabnya dengan bersalah

“iya tapi jangan gitu lagi ya” jawabku

“iya , waktu kita tak teguran ko main dengan eka ya? Tanyanya serius

“iya , abis aku bingung mau cerita dengan siapa” jawabku singkat

“iih , aku cemburu betul ni , jangan main dengan dia lagi ya .ada aku disini Dicky Andeska” ucapnya .

“iya ,ko juga jangan dekat dengan putri, aku cemburu” pintaku balik padanya.

Pas pagi itu rasanya aneeh bangeet baru baikan , kayak malu-malu gitu ,tapi bodo ah , sahabat sendiri aja . aku samperin aja deh langsung . udaah deh kondisi balik ke awal .

Pas jam kosong tuh aku duduk dengan eka , ceritain kalau kami udah baikan . udah gitu kami nyanyi sama-sama . eeh , pas aku liat kearah dicky dia malah pegang tangan putri , ya udah ak pura-pura gak liat aja lanjut nyanyi bareng ekaa .

Pas istirahat di jalan mau ke kantin dia narik tangan aku , udah gitu di hempas sambil ngomgong .

“ko tu cuma bisa diucapkan dengan lisan , tapi gak dilaksanakan dengan perbuatan” ucapnya marah langsung pergi ninggalin aku .

Aku masih bingung maksudnya apa coba . pas pulang dari kantin , gentian aku narik dia .

“kenapa ngomongn gitu tadi” tanyaku sedikit bingung ,maklumlah aku ni kan tulalit .

“ko tu , bilangnya gak main dengan dia lagi” jawabnya singkat.

“ko sendiri tadi sama dia di kelas” aku balik menyelahkannya

“kan ko dulu yang mulai tadi di kelas , makanya aku liat aja trus ad putri” jawabnya enteng

“iih , aku cemburuu.” Ucapku penuh arti

Perselisihan kami tak hanya sampai hari itu aja . sifat dia yang suka ngambek gak jelas itu udah terjadi berulang kali sampai detik ini . karna udah biasa jadi aku biasa aja .

Tapi yang anehnya ngambek yang sekarang ini beda . dia bilang di sekolah gak usah ngomong , ngomong seperlunya aja , kalau sms gak apa aneh bangetkan .jadi di sekolah tu kami gak teguran , ya paling-paling ada kesempatan gitu barulah dia ganggu aku . tapi itu cuma 1 minggu aja , selama gak teguran sms kami lancar dan aku setiap hari mimpiin dia .

Sekarang udah balik kayak biasa , tapi aku cemburu dan sedih . memang kami sekarang teguran tapi kenapa kami tidak pernah komunikasi lagi ?

Waktu ujian terakhir jam istirahat aku periksa inbox dia , dia periksa inbox aku . dan ternyata ada sms dri adek kelas , iiii , mesra banget sih mereka .
“ciee , sama amania wkwk” ledekku , padahal dalam hati cemburu berat

“ciee , cemburu ya” balik meledek ku

“payah e” jawabku kesal

“alah ngaku aja” jawabny maksa buatku ngaku

“enggak!” jawabku tegas .

Yah ! aku gak tau , kenapa akhir-akhir ini aku jadi aneh gitu sama dia . kalau gak smsn tu lain banget rasanya , kalau dia smsn dengan cewek lain apalagi , langsung panas ni hati .

Di bilang cemburu sih iya , banget malah . tapi dia tu hobby banget bikin aku cemburu , cemburu aku ada artinya , aku cuma gak mau kehilangan sahabat kayak dia . dia gak pernah tau itu .

Memang dulu aku sempat pernah suka sama dia , tapi aku tau kalau kami itu cuma sahabat . memang sih sekarang rasa itu udah bertambah . tapi aku coba berusaha buat pendam itu semua , karna kami Cuma sahabat , gak lebih .



Dear my bestfriend DA

Kau gak akan pernah tau apa yang aku rasain , ko gak akan pernah tau perasaan aku gimana .

Dulu memang aku pernah suka sama ko , tapi aku sadar kalau kita Cuma sahabat gak lebih . dan memang aku nyaman kita bersahabat kayak gini .

Aku selalu berdoa , supaya persahabatan kita tu sampai nanti , selamanya bahkan .aku sayang ko , sama yang kayak ko bilang , bahkan sayang aku ke ko lebih dari sayang ko ke aku .

Waktu kita di SMA tinggal 3 bulan lagi , itu bukan waktu yang lama . sebentar lagi kita pisah , ko kemana aku kemana . Cuma allah yang tau kita bisa ketemu lagi atau tidak . tapi aku selalu berdoa supaya kita bisa ketemu lagi suatu saat nanti .

Aku yakin gak akan ada yang bisa ganti posisi ko jadi sahabat aku walaupun posisi aku bisa diganti dengan siapa aja .

1 hal yang harus ko tau kalau aku cemburu ko dengan siapa aja , aku selalu sayang sama ko , rasa yang dulu hanya o,1% sekarang berubah jadi 75%

Waktu kita gak lama lagi .aku cuma mau ngabisin masa SMA dengan teman-teman aku dan sahabat aku , itu ko !

Aku pergi nanti untuk selamanya , aku gak akan pulang lagi . Cuma waktu yang bisa pertemukan kita lagi .

Aku sayang ko , ko sahabat aku paling baik walaupun kadang-kadang ko tu nyebeliin .
Aku kangen ko yang dulu , untuk 3 bulan lagi aku mohon sifat ngambek gak jelas itu hilang ya L
Kalu gak ada ko , aku mau cerita dengan siapa lagi ?
Gak peduli lh gak ada pacar yang penting aku punya sahabat kayak ko .
Kalau kita udah jauh nanti jangan lupain aku ya.

Sabtu, 11 Februari 2012

Arti Sebuah Senyuman

Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak asing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseorang itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.

“pergi kamu jangan dekati bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.

“tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi ”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh pingsan.
Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang rumput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku terdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda, aku menangis bersama pelukan Bibi.

***
Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Doni, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.

“maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.

“pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.

“hay maaf ya lama nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Doni pacar Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang tersenyum terpaksa

“aku Yudis temanya Nita dan Doni”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi
 
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hampa
tak ada lagi kasih sayang yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu asing bagiku

Ku Relakan Bahagia ku Demi Sahabat Ku





Pagi itu, aku terbangun dengan mata yang sembab dan membengkak. Semalam aku menangis di kamar sampai ketiduran. Entah berapa lama aku berderai air mata. Yah, aku baru saja mengalami kejadian yang membuat aku begitu sakit. Seorang cowok yang tanpa sengaja masuk dalam kehidupanku kini malah menghancurkan semuanya......

Aku mengenal Dimas dari Dita,teman dekatku. Kebetulan tiap malem Dimas latihan silat di samping masjid tempat ku mengaji kala malam hari. Awalnya aku biasa aja dengan kehadirannya. Ga ngefek sama sekali. Tapi hari-hari berikutnya Dimas memulai kedekatan kami dengan sekedar menitip salam padaku. Ga ada yang spesial memang. Tapi hari-hari ku kini mulai terasa indah dengan keberadaanya.

Hanya saja kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Disaat aku mulai menyukainya, tak ku sangka Dimas malah nembak Dita. Aku bener-bener ga tau harus berbuat apa. Tentu saja aku tak bisa menyalahkannya karna ini memang hak mereka. Aku mencoba  ikhlas dengan hubungan mereka. Aku berusaha tegar dan mendukung hubungan mereka meski sebenarnya hati ku begitu sakit. Itu semua aku lakukan karna aku masih menghargai Dita sebagai sahabat ku. Aku memilih mengalah daripada harus kehilangan sahabat ku hanya karna seorang cowok. Meski hati kecil ku masih tetap mengharapkan Dimas.

Meski pacaran sama Dita, tapi nyatanya tetep aja Dimas ga pernah absent menghubungi ku. Entah sms atau pun telpon. Aku bingung harus bersikap gimana. Karna rasa ikhlas ku lah yang kini menuntunku untuk tetap berhubungan dengan Dimas. Jujur saat itu aku benar-benar  telah merelakan Dimas.

Jadi apa salahnya jika aku menerima telpon dan smsnya. Sayangnya pikiranku masih terlalu cetek untuk menyikapi hal itu.  Tentu saja kedekatanku dengan Dimas yang telah ku anggap “teman” itu membuat Dita cemburu. Ia mengira Dimas selingkuh. Dan aku lah selingkuhannya! Kini antara Aku dan Dita serasa ada pemisah yang membuat kami tak lagi bisa seakrab dulu. Ada rasa canggung saat kami ngobrol,seperti orang yang baru kenal.

Hampir  2 tahun lamanya aku tak pernah bertemu lagi dengan Dimas sejak saat itu. Ia tak pernah lagi menghubungiku,atapun Dita. Dimas seperti menghilang di telan bumi. Akupun perlahan bisa menghapusnya dari ingatan ku dan Dita juga telah kembali seperti sedia kala,meski sekarang ia agak tertutup soal cowok.

Kini hari-hari ku semakin berwarna setelah berhasil lolos seleksi dan masuk di SMA favorit di kota ku. Yah,menjadi anak baru tentunya bukan hal yang gampang. Karna aku termasuk anak yang sulit beradaptasi. Aku terlalu cuek dengan apa yang ada di sekitar ku. Namun kini aku telah memiliki beberapa teman akrab.

Tapi hanya satu yang kurasa telah benar-benar akrab. Namanya Ivana . Dia temen sebangku ku. Anak nya cukup asyik, meski terkadang ada saat-saat dimana  aku merasa muak padannya. Ada beberapa sifatnya yang tak ku suka. Dia terlalu pede dan kalo ngomong ato ngapapa’’in asal jeplak aja!uukh..yang paling bikin aku sebel saat bersamanya, ngeliat cowok ganteng dikit aja langsung dah tuh kaya ikan kena pancingan. Klepek-klepek ga jelas! Mending kalo di niatin sama satu cowok. Nah ini.. tiap ada cowok selalu aja tingkahnya gtu. Bikin aku tambah mual. Tapi mo diapain juga dia tetep temen terbaik ku.
Entah mimpi apa yang ku dapat semalem, pagi itu aku shock setengah mati denger cerita putri soal cowok barunya. Cowok itu... Dimas!! Dimas yang ku kenal beberpa tahun lalu. Yang telah hilang dari kehidupanku setelah menorehkan luka di hati ku. Aku tak habis pikir! Aku memang telah mengenalkan putri pada temen ku yang posisinya juga sebagai temen deketnya Dimas.  Tapi aku ga pernah mikir semua ini bakal salah alamat. 

Justru Dimas lah yang kini berpacaran dengan putri. Oh god!! Semoga waktu sedang bercanda..! aku ga mau kejadian itu terulang kembali. Aku takkan sanggup jika harus mengulangnya. Berpura-pura tegar seperti dulu. Aku muak!! Tapi kenyataanya kini,mereka memang pacaran. Tak ada yang bisa ku lakukan selain merelakan mereka. Sama seperti yang ku lakukan dulu. DEMI SAHABAT,!! 

Lili

Perpisahan bukanlah sebuah akhir tapi itu adalah pertanda dari awal yang baru.....
Pagi itu, aku melakukannya lagi. Ini bukan hal yang menyenangkan tapi tanpaku sadari aku sudah melakukan hal ini berulang-ulang. Sekali lagi, aku berdiri di tempat ini, tempat yang palingku benci. Tempat dimana air mataku selalu merebak.

Bunga Lili...bunga yang sangat indah sesuai dengan namaku . Bunga yang dulu selalu membuatku tersenyum sekarang malah hal yang membuat air bening keluar dari mata dan membasahi pipiku.
Disini aku hanya bisa berdoa semoga dia bahagia. Tepat pada tanggal ini tiga tahun yang lalu dia pergi. Aku tidak bisa menahannya untuk pergi, walaupun sepertinya ia mau tinggal dia tidak bisa melakukan apa-apa karena itu bukan kuasanya.


************

“Lili!!!!”, Jody memanggilku, suara yang sangat familier di telingaku.
Aku menoleh dan tersenyum kepada orang yang sudah setahun belakangan ini menjadi pacarku. Ia berlari menghampiriku dengan membawa bacaannya.
“Hai...”, aku menyapanya dengan senyum terbentuk diwajahku.
Dia tertawa mendengar sapaanku yang anti klimaks. Ia merangkulku dan tersenyum jail kepadaku “Kamu mau jalan-jalan kemana?”

“Nggak tahu”, paparku “Ada rencana mau pergi kemana?”
“MMmmm....”, Jody berpikir sejenak “Nggak tau!!!”, ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Ia membuatku kaget setengah mati, ia menggandeng tanganku dan menyeretku untuk berlari bersamanya. Kami terus berlari hingga akhirnya kaki kami terhenti di taman lili. Aku sangat menyukai bunga ini karena satu dan lain hal bunga ini begitu cantik. Walau semua teman perempuanku lebih menyukai mawar dan bilang bahwa lili bukan bunga yang romantis, tetapi bagiku itu bunga terromantis sedunia.

Karena... itu adalah bunga pertama yang diberikan Jody kepadaku. Setelah ia memberikan bunga itu kepadaku, aku sangat mengidolakan bunga ini.
Jody  melepaskan tangannya dan mengambilkan bunga itu untukku. Bukannya itu dilarang? “jody.... hai!!! Itu dilarang bukan??”. “Ssstt... pernah dengar kata-kata peraturan untuk dilanggar? Tenang saja, liatin aja apa ada petugas yang lagi jaga disekitar sini”. “Uh... dasar!!!”, aku hanya bisa menggurutu tetapi senyumku tetap saja mengembang.

“Hai!!! Apa yang kalian lakukan?”, terdengar suara seseorang membentak. Ya ampun, petugas penjaga taman melihat kelakuan kami. “Lari...”, Jody menyambar tanganku dan kami kembali berlari seperti tadi.

Kami sampai di tempat favorit kami. Rumah pohon yang kami bangun di lahan kosong tidak terlalu jauh dari taman tadi. Tanah ini milik orang tua Jody, mereka menghadiahi kami berdua lahan ini, tempat yang sangat rindang dengan padang rumput dan pepohonan mengisi seluruh tempat.
Jody membantuku naik. Setelah duduk diberanda, Jody memberikan setumpuk lili yang diambilnya untukku. Lalu ia menyibukkan diri dengan membaca buku. “Buku apa itu?”, aku penasaran karena melihat keseriusannya membolak-balik helaian kertas dipangkuannya.
“Wuthering heights”

“Kenapa sampai kepikiran untuk baca yang begituan?”
“Ini terpaksa tau, gara-gara gak bikin pr kemaren, jadinya di hukum harus baca buku ini, trus harus bisa ngejawab semua pertanyaan yang bakal diajukan”, lalu ia menutup bukunya.
“Lho… gak mau baca lagi?”

“Udah selesai kok, tadi cuma mau liat sekilas aja. Menurutku Emily Bronte sipengarang buku sangat beruntung”.
“Memangnya kenapa?”
“Yah… udah jelas kan? Aku gak abis pikir kenapa Catherine dan Heathcliff bisa disamakan dengan Romeo dan Juliet, Mr. Darcy dan Elizabeth Bennet bahkan Jane Eyre dan Rochester aku rasa lebih baik dari pada mereka berdua”.

“Wow!!! Aku mengerti kenapa kamu sampai berpikir seperti itu, tetapi aku pikir mereka memang sebanding dengan Romeo dan Juliet atau Mr. Darcy dan Elizabeth Bennet karena terlepas dari betapa egoisnya Catherine, betapa kejam dan tidak berperikemanusiaannya Heathcliff, mereka tetap memiliki hal yang dimiliki oleh Romeo dan Juliet”.

“Apa? Aku gak bisa ngeliat, menurutku buku ini benar-benar buku paling menyebalkan yang pernah kubaca.”
“Tidak juga, aku malah berpikir ini kisah yang cukup bagus, karena seperti yang kubilang tadi terlepas dari semuanya Catherine dan Heathcliff walaupun tidak dapat bersatu, mereka tetap menjaga cinta mereka hingga ajal menjeput.”
Jody menatapku seolah ingin mengatakan ‘please deh… walaupun itu benar tetap saja itu kisah yang menyebalkan’, yang artinya tentu saja dia tidak setuju denganku. Dan tatapan itu mengakhiri diskusi kami tentang dua pasangan termalang didunia kesusastraan.

*************

“Kenapa??!!”, aku seperti disambar petir mendengar permintaan Jody.
“Ya... karena aku akan melanjutkan pendidikan di Perth, kamu kan tahu betapa berartinya hal ini bagiku, aku sudah mendambakan hal ini sejak dulu, dan orangtuaku mereka juga mengharapkan aku untuk mengambil kesempatan ini.”

Ya... aku tahu betapa Jody menginginkan untuk menjadi salah satu orang yang beruntung bisa belajar di sana. Aku tidak mau menjadi batu pengganjal baginya. Tapi... putus??? Apa tidak ada cara lain??? Aku tahu alasannya... cepat atau lambat kami juga akan putus karena hubungan jarak jauh yang kami hadapi mempunyai rintangan yang sangat banyak, sudah banyak pasangan yang berujung berpisah karena masalah ini.

Jody memberiku kesempatan untuk berpikir, aku menutup mataku dan berkata “Oke, kalau memang itu yang terbaik aku akan menerimanya.” “Aku sangat menyesal, aku mohon jangan pernah menantiku, kamu pasti bisa mencari laki-laki yang lebih bisa mengerti kamu.”
Lalu ia memegang tanganku dan pergi begitu saja, meninggalkanku, dan taman lili yang baru beberapa hari ini kami kunjungi. Itu terakhir kalinya aku bertemu dan melihat Jody. 

**************

“Hai!!! Apa yang kamu lakukan?!??!!”, terdengar suara laki-laki. Ternyata penjaga taman yang sedang patroli. Tanpaku sadari aku sudah memetik sekuntum lili. “Tunggu!!!!”, aku sudah bersiap-siap kabur tetapi seruan yang sedikit mengerikan itu mengusikku. Nadanya sangat berbeda, sangat mendesak. Aku mengurungkan niatku.

“Ini”, pak petugas memberikan novel wuthering heights kepadaku. “Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Maaf, tiga tahun yang lalu ada seorang pemuda yang memohon kepadaku untuk memberikan buku itu kepadamu, dia memberikan buku itu beserta foto kalian berdua. Aku sudah bersedia memberikannya kepadamu. Tetapi, aku malah dirampok hari itu, dan tasku yang juga berisi buku ini dibawa kabur, beberapa hari yang lalu aku menemukan buku ini dijual ditempat penjualan buku bekas. Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa, terima kasih”. Aku sangat bingung, apa maksud Jody dengan semua ini? Dia yang bilang untuk tidak usah menunggunya dan mencari laki-laki lain. Ada apa ini? Aku pergi ke bawah pohon yang rindang setelah sebelumnya mengucapkam terima kasih kepada petugas itu.
Ketika aku membuka novel itu, ada secarik kertas dengan tulisan yang sudah sangat familier mengisinya. Tulisan Jody menari-nari dimataku, disana tertulis....
“Dear Lyli,

Mungkin ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Maafkan aku selama ini aku menyembunyikannya. Selama ini aku mengidap penyakit lupus....
Pergi ke Perth hanyalah alasan, sebenarnya aku masih disini, aku ingin meninggal di tanah tempat kita berdua bertemu. Aku ingin menjagamu dan memberimu bunga lili dari taman itu setiap hari. Seperti yang dikatakan Heathcliff ‘Aku tak bisa hidup tanpa hidupku, aku tak bisa hidup tanpa jiwaku’. Aku juga begitu, aku tidak mau berjauhan denganmu.

Maafkan aku karena sudah menyembunyikannya dan berbohong kepadamu. Lyli... aku memang pernah bilang jangan pernah menungguku dan mencari laki-laki lain. Tetapi aku selalu menunggumu disini. Apa kamu mau memaafkanku dan menerimaku lagi?. Apa kamu mau?, walaupun kamu tidak mau aku akan selalu menunggumu disini. Aku akan menunggumu hingga kamu datang kepadaku.
Dari orang yang akan selalu mencintaimu,